SERDADU SEPERTI VERONICA TAN
Saat masih duduk di kelas 4 SD, saya membaca salah satu cerita anak yang sepertinya diadaptasi dari kisah nyata. Judul cerita itu menarik perhatian saya, karena terkesan berani dan memiliki sisi maskulin. Judul cerita itu adalah "Serdadu Seperti Marry".
Tokoh utama dalam cerita ini adalah seorang anak perempuan kulit hitam bernama Marry Mc Donald, yang masih berusia sekitar 11 tahun. Ia tumbuh dalam negara yang sedang mengalami konflik perang. Marry menjadi mudah takut dan bersembunyi bila mendengar bunyi derap langkah kaki para serdadu perang datang. Apakah mereka datang dengan maksud baik, atau justru akan makin memporak-porandakan wilayah tersebut?
Suatu saat Marry bersembunyi saat mendengar langkah kaki dari tiga serdadu. Ternyata ketiga serdadu ini saling mengungkapkan isi hati masing-masing, bahwa mereka rindu pulang. Mereka rindu pada masakan rumah dan kehangatan keluarga. Bahkan ketiga serdadu itu belum makan selama dua hari.
Marry meraba sakunya, dan memberikan tiga kue hangat yang ia miliki bagi para serdadu tersebut.Sejak itu, Marry bertekad membantu menyediakan bahan logistik bagi seluruh serdadu perang. Ia menghimpun bantuan untuk ketersediaan bahan pangan yang layak makan. Ia menunjukkan kasih tanpa memandang warna kulit dan ras.
Sampai pada akhirnya ketika perang berakhir, Marry mendapatkan kehormatan bertemu komandan perang. Marry mendapatkan seremonial penghormatan dari para prajurit, dan komandan perang berkata keras kepada seluruh pasukannya,
"Jika saja aku memiliki serdadu lebih banyak seperti Marry Mc Donald, perang sudah lama berakhir."
Tokoh Marry Mc Donald memiliki kesamaan dengan satu tokoh yang saya kagumi. Beliau adalah Veronica Tan, istri gubernur non-aktif DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Di balik wajah tegas tanpa banyak polesan make up itu, tersimpan kecerdasan dan ketulusan yang tidak bisa diremehkan.
Veronica menjadi partner sepadan bagi suaminya dalam memberikan hal baik yang dapat dimiliki oleh seluruh warga Jakarta. Meskipun saya bukan warga Jakarta, namun ada beberapa bukti yang dapat diperoleh dari internet-- tentang "sepak terjang" seorang nyonya Ahok dalam berkarya.
Sebagai istri seorang Gubernur Jakarta, Veronica Tan bukanlah sekedar pendamping yang pasif dan sekedar jadi pemanis di acara seremonial. Beliau aktif menyumbangkan ide, waktu dan tenaganya. Bahkan ada banyak ide brilian yang mengalir.
Banyaknya Ruang Publik dan Taman Ramah Anak (RPTRA) yang dibangun Ahok adalah eksekusi dari ide segar Veronica yang cemerlang. Beliau sebagai ketua PKK se-Jakarta mengajukan konsep ini agar seluruh anggota keluarga dapat berdaya guna lewat fasilitas ini.
Dengan bekal disiplin ilmu yang dimiliki, perempuan lulusan Teknik Arsitektur tersebut mampu memangkas dana operasional APBD sebesar puluhan miliar untuk membuat taman, karena ia sendirilah yang awalnya merancang konsep RPTRA, dan juga memberdayakan dan melibatkan Ibu ibu PKK di tingkat kelurahan .
Di tiap RPTRA, dilengkapi dengan taman bermain anak, lapangan olahraga, perpustakaan hingga aula yang bisa digunakan utk semua aktivitas warga secara GRATIS. Semua RPTRA jg dilengkapi dg free wifi dan juga ruang menyusui untuk Ibu ( sumber : http://kotaksuara.kompasiana.com/index.php/iralathief/di-balik-ketulusan-veronica-tan). Kelak, Veronica berangan-angan bahwaa RPTRA akan menyerap tenaga kerja, karena setiap ibu rumah tangga telah dibekali keterampilan untuk menyambung hidup.
Bahkan sebelum RPTRA Kalijodo yang fenomenal itu selesai digarap, Veronica bergerak dalam diam mengunjungi para pelukis mural di kawasan tersebut. Ia memberikan makanan ringan untuk menambah semangat kerja pekerja-pekerja seni tersebut-- dengan harapan agar mereka makin bersemangat dan proyek itu selesai tepat waktu.
Veronica adalah tirai yang lembut, sekaligus penjaga yang hebat bagi keluarganya. Ia mampu memproklamirkan pendekatan feminin yang cerdas dan mumpuni.Tanpa harus berorasi, ia melakukan tindakan kasih yang nyata. Lewat keteladanannya yang sering kali tidak diekspos media, beliau berkarya dan bekerja cepat dalam kesunyian. Tanpa harus mengumandangkan pencitraan berlebih, ia bekerja menjadi penyambung tangan bagi sang suami yang harus mendekam di balik jeruji besi.
Bahkan ia memiliki keinginan untuk segera menyelesaikan pembangunan gedung Jakarta Creative Hub, sebuah program pemberdayaan anak muda untuk berekspresi sekaligus berwira usaha. Pemikirannya detail dan mengagumkan. Beliau tetap fokus untuk segera menuntaskan dengan baik.
Ah, Ibu Ahok...
Walaupun terlahir dengan mata sipit, engkau tidak memandang dunia dengan sudut pandang yang sempit.
Engkau anggun dan mempesona, karena cerdas dan bijak dalambertutur serta bertindak.
Meskipun menjadi kaum minoritas, namun engkau memberi rasa dan warna yang indah.
Mungkin saja gelar "Ibu Bangsa" belum disematkan di pundakmu,
namun engkau telah memberi bukti bahwa kehadiranmu sungguh mengubah dan memberi dampak untuk negara ini.
Semoga Tuhan akan tetap melimpahi Ibu dengan hikmah yang tidak terselami,
Semoga Ia selalu menyatakan kebaikan dan kemurahan atas keluarga Ibu.
Semoga akan makin banyak serdadu seperti Ibu yang muncul dari setiap penjuru negeri ini.
Serdadu yang memberi kehangatan dan kenyamanan bagi mereka yang membutuhkan.
Serdadu pemberi rona perdamaian yang berpendar indah.
#Tulisan ini direfleksikan untuk memperingati Hari Ibu Internasional, Mei 2017.
-Jessica Valentina-
Keren, so inspiratif!
BalasHapuslove it👍
BalasHapusEmak huebaaat....
BalasHapusKereen Maak :)
BalasHapus