MENUNGGU PAHLAWAN YANG KEMBALI
Pernyataan pencabutan memori banding Ahok melengkapi "tayangan edukatif" untuk negeri tercinta.
Ya, dari kacamata saya sebagai seorang ibu rumah tangga biasa, pendidikan karakter terbaik telah ditunjukkan lewat aneka sikap dan respon dari BTP maupun orang-orang terdekatnya. Pendidikan karakter ini terasa mewah, karena menghadirkan 3 lakon istimewa-- yaitu PENGAMPUNAN, MENGALAH, DAN MERENDAHKAN DIRI.
Keteladanan tidak bisa ditutupi. Ia bersuara dengan lantang menyampaikan pesan luhurnya. Jutaan rakyat Indonesia melihat dan mengamati bahwa sebuah keputusan yang tidak biasa telah dibuat.
Keputusan yang menurut kacamata awam, seolah menyatakan bahwa perjuangan sudah di garis keputusasaan.
Pilihan hati ini jelas tidak populer, bahkan terdengar tidak wajar.
Itulah mengapa, ada beberapa pihak yang menganggap keputusan tersebut adalah sebuah pencitraan.
Namun di sinilah 3 lakon tadi diuji dengan api pemurnian.
Pengampunan tidak akan bergema dengan indah jika tidak ada sebuah keputusan mulia untuk melupakan yang telah lalu.
Saya yakin, BTP tidak akan melupakan mimpi dan perjuangannya. Beliau hanya berfokus pada melupakan rasa sakit hatinya terhadap segala fitnah dan ketidakadilan yang ia dapatkan.
Ia telah lolos ujian dalam sebuah tantangan hidup tersulit yang pernah ada, yaitu melepaskan pengampunan.
Mengalah menunjukkan jati diri seorang pemenang yang sesungguhnya.
Ada sesuatu berharga yang jauh lebih penting daripada menuruti ego dan keinginan daging semata.
Hari itu, Ahok membuktikannya dengan sehelai surat dari rumah tahanan yang dibacakan oleh istri terkasih.
Saya mengamini ucapan Gobind Vashdev yang mengatakan bahwa, "Merendahlah sampai seorang pun tidak bisa merendahkanmu."
Diperlukan sebuah hikmat ekstra untuk bersedia merendahkan diri, tanpa banyak bantahan.
Sesungguhnya Ahok telah menunjukkan kelasnya sebagai sosok teladan kelas wahid.
Dan ketiga lakon tersebut dieksekusi dengan indah lewat air mata Veronica Tan yang tumpah ruah.
Air mata bukanlah simbol kelemahan. Air mata adalah sebuah perlambang kekuatan akan keberanian dan ketegaran dalam menghadapi kesedihan hidup.
Jika pernyataan cinta sang suami terhadap negara tidak lagi dapat dirasakan oleh sejumlah pihak yang menjadi pembenci, maka hanya air mata yang menjadi satu-satunya bukti yang tersisa untuk ditunjukkan.
Biarlah kelak, saat Ahok selesai meyelesaikan hukumannya secara purna, ia akan kembali dengan segudang integritas lain yang tidak akan terbantahkan.
Selamat menanti kedatangan Sang Pahlawan yang kembali.
Semarang, 24 Mei 2017.
Komentar
Posting Komentar