MENELADANI KURIKULUM KELUARGA AHOK
Jika Anda dibesarkan di era tahun 90-an, pastinya pernah menonton (atau minimal mendengar) film seri "Keluarga Cemara". Film ini menjadi tontonan yang berdaya tarik tinggi. Di saat sinetron berlomba menawarkan kisah "cinderella" dengan pemain yang tampan dan cantik, "Keluarga Cemara" hadir dengan format berbeda. Kesederhanaan menjadi bumbu utama serial ini. Keluarga Abah dan Emak yang bersahaja mampu memberikan tontonan edukatif yang terkesan mewah, sekaligus menyatu dengan realita hidup.
Keluarga Cemara menghadirkan aroma kegembiraan dalam kesederhanaan. Perjuangan menjadi ciri khas film ini.Di tengah gempuran sinetron yang menjual mimpi, Keluarga Cemara memberikan warna baru. Pendeknya, Keluarga Cemara replika keluarga ideal yang penuh sayang meski hidup serba pas-pasan. Sinetron ini pun menuai pujian dari banyak kalangan. Akting para pemainnya juga patut diacungi jempol. Adi Kurdi, Novia Kolopaking dan Anneke Putri memang sudah matang di dunia seni peran.
Film Keluarga Cemara adalah salah satu potret keluarga impian di Indonesia. Kita melihat bagaimana sebuah keluarga bahu-membahu mengatasi persoalan hidup, tanpa meninggalkan nilai-nilai luhur yang harus dijunjung tinggi. Pertanyaannya, adakah contoh keluarga yang dapat dijadikan role model seperti keluarga Abah?
Bagi saya pribadi, contoh keluarga yang merepresentasikan pendidikan karakter dapat terlihat dari keluarga yang dibangun oleh Ahok dan Veronica Tan. Saya bukan pemuja fanatik kedua orang ini. Namun saya tidak bisa menutup mata melihat beberapa hal positif dari pasangan ini untuk mendidik anak-anak dengan baik. Beberapa contoh yang dapat ditiru dari keluarga Ahok tentang pendidikan karakter adalah :
* MEMILIKI BEBERAPA KURIKULUM TIDAK BIASA
Saya terkejut membaca pikiran Ahok dalam buku berjudul "The Ahok Way". Beliau bersikukuh untuk meminta anak-anaknya bersekolah di Indonesia sampai tamat Strata 1. Jika hendak menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi, barulah Ahok mengizinkan anak-anaknya menuntut ilmu di luar negeri.
Sungguh bertolak belakang dengan kebanyakan orang di negeri ini. Berapa banyak orangtua yang menginginkan anaknya pergi ke luar negeri sedini mungkin untuk mendapat pendidikan dan pekerjaan yang lebih baik? Ini bukanlah sebuah keinginan yang salah. Namun Ahok memiliki pandangan sendiri dengan mengatakan bahwa "Jika anak Indonesia tidak dididik untuk mengenal negaranya dengan dekat, maka tidak akan ada kerinduan untuk membangun Indonesia."
Membangun Indonesia pada masa ini, mungkinkah? Tentu saja masih sangat mungkin, asalkan anak didorong untuk mengenal dan mencintai negeri ini sejak kecil. Meskipun orangtua harus bersusah payah menanamkan bahwa perbedaan adalah hal yang wajar dan sah. Jadi mengapa harus memaksakan diri untuk seragam?
Ahok memiliki kebiasaan mengumpulkan anak-anaknya untuk duduk makan bersama, Kemudian berdoa dan membahas aneka persoalan anak maupun orangtua pada hari itu. Kurikulum Meja Makan-- begitu istilahnya, dipercaya meningkatkan bonding sekaligus empati anak akan masalah terhadap bangsa dan negara.
Bahkan Ahok meminta si sulung untuk mengikuti program kerja sosial selama liburan semester, dengan harapan agar anak-anaknya memiliki kepedulian dan kepekaan terhadap sesamanya. Sungguh suatu hal yang patut dicontoh.
* MELATIH ANAK BERBUAT SESUATU BAGI BANGSA
Mungkin tidak banyak yang mengetahui kiprah anak perempuan Ahok dalam memberikan sumbangsih terhadap bangsa ini. Nathania yang masih muda itu mendirikan organisasi nirlaba yang berfokus pada pengadaan air bersih di lingkungan-lingkungan terpencil.
Simak sebagian penuturannya seperti yang ditulis oleh portal online www.infoteratas.com di bawah ini :
"Nama saya Nathania Berniece Zhong, orang-orang memanggilku Nata. Saya lahir di Jakarta dan memori yang paling kuingat dari masa kecil adalah saat aku menghabiskannya di Belitung.
Aku memilih proyek air ini bersama Chris dan Grace karena hal ini sesuai dengan isu yang banyak beredar di Indonesia, yaitu kemiskinan, polusi, dan pendidikan dan masih banyak lagi, dan air menjadi salah satu isu yang besar dari ketiga hal tersebut.
Kami memilih proyek ini karena proyek untuk kemiskinan, polusi, dan pendidikan sudah banyak di masyarakat.
Dan penyebab proyek-proyek itu sering tidak berjalan lancar tak lain karena masalah air bersih."
Organisasi nirlaba ini telah memulai proyeknya di berbagai daerah. Adapun daerah yang telah dieksekusi adalah daerah Teluk Naga dan Rancabungur, Bogor. Info selengkapnya dapat dilihat di website www.thespringwater.org.
Apa yang dilakukan Nia menjadi sebuah bukti, bahwa kepedulian itu menular lewat teladan dan ajaran dari orangtua. Sekali lagi, berapa banyak pejabat yang berhasil menanamkan semangat cinta tanah air kepada anak-anak mereka? Atau, berapa banyak anak pejabat yang telah mengeksekusi ide gemilang mereka untuk Indonesia dalam usia yang masih relatif muda?
* BIJAK DALAM MEMBERI RESPON
Rasanya banyak orang yang bisa melihat postingan anak pertama Ahok saat berkomentar tentang proses Pilkada, sidang, vonis, sampai pada hari penahanan Ahok. Sean berhasil menunjukkan kematangannya dalam merespon segala ucapan yang ada. Mulai dari dukungan, pujian, hingga hinaan-- semua direspon dengan tepat, bahkan bijak untuk anak muda seusianya.
Inilah bukti bahwa Ahok dan Veronica mampu mendidik anaknya mengembangkan otot "response-ability".
Benih-benih kebaikan sudah ditabur dalam diri anak-anak, dan semoga saja keluarga Ahok terus diberkati untuk memberkati pihak lain. Semoga kebajikan dan kemurahan akan mengikuti hidup keluarga ini. Saya menulis opini ini bukan karena menetapkan hati menjadi pemuja Ahok secara membabi-buta. Saya hanya mengagumi teladan "Walk the walk" yang sudah disaksikan oleh Ahok sekeluarga.
Seperti anak panah di tangan pahlawan, demikianlah anak-anak pada masa muda.
Keteladanan akan menuai buah manis, ketika anak-anak dalam sebuah keluarga bertumbuh dengan hikmat dan bijaksana.'
*Sebuah renungan singkat untuk memperingati Hari Keluarga, yang jatuh pada tanggal 29 Mei 2017.
Semarang, 28 Mei 2017.
-Jessica Valentina-
Keluarga Cemara menghadirkan aroma kegembiraan dalam kesederhanaan. Perjuangan menjadi ciri khas film ini.Di tengah gempuran sinetron yang menjual mimpi, Keluarga Cemara memberikan warna baru. Pendeknya, Keluarga Cemara replika keluarga ideal yang penuh sayang meski hidup serba pas-pasan. Sinetron ini pun menuai pujian dari banyak kalangan. Akting para pemainnya juga patut diacungi jempol. Adi Kurdi, Novia Kolopaking dan Anneke Putri memang sudah matang di dunia seni peran.
Film Keluarga Cemara adalah salah satu potret keluarga impian di Indonesia. Kita melihat bagaimana sebuah keluarga bahu-membahu mengatasi persoalan hidup, tanpa meninggalkan nilai-nilai luhur yang harus dijunjung tinggi. Pertanyaannya, adakah contoh keluarga yang dapat dijadikan role model seperti keluarga Abah?
Bagi saya pribadi, contoh keluarga yang merepresentasikan pendidikan karakter dapat terlihat dari keluarga yang dibangun oleh Ahok dan Veronica Tan. Saya bukan pemuja fanatik kedua orang ini. Namun saya tidak bisa menutup mata melihat beberapa hal positif dari pasangan ini untuk mendidik anak-anak dengan baik. Beberapa contoh yang dapat ditiru dari keluarga Ahok tentang pendidikan karakter adalah :
* MEMILIKI BEBERAPA KURIKULUM TIDAK BIASA
Saya terkejut membaca pikiran Ahok dalam buku berjudul "The Ahok Way". Beliau bersikukuh untuk meminta anak-anaknya bersekolah di Indonesia sampai tamat Strata 1. Jika hendak menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi, barulah Ahok mengizinkan anak-anaknya menuntut ilmu di luar negeri.
Sungguh bertolak belakang dengan kebanyakan orang di negeri ini. Berapa banyak orangtua yang menginginkan anaknya pergi ke luar negeri sedini mungkin untuk mendapat pendidikan dan pekerjaan yang lebih baik? Ini bukanlah sebuah keinginan yang salah. Namun Ahok memiliki pandangan sendiri dengan mengatakan bahwa "Jika anak Indonesia tidak dididik untuk mengenal negaranya dengan dekat, maka tidak akan ada kerinduan untuk membangun Indonesia."
Membangun Indonesia pada masa ini, mungkinkah? Tentu saja masih sangat mungkin, asalkan anak didorong untuk mengenal dan mencintai negeri ini sejak kecil. Meskipun orangtua harus bersusah payah menanamkan bahwa perbedaan adalah hal yang wajar dan sah. Jadi mengapa harus memaksakan diri untuk seragam?
Ahok memiliki kebiasaan mengumpulkan anak-anaknya untuk duduk makan bersama, Kemudian berdoa dan membahas aneka persoalan anak maupun orangtua pada hari itu. Kurikulum Meja Makan-- begitu istilahnya, dipercaya meningkatkan bonding sekaligus empati anak akan masalah terhadap bangsa dan negara.
Bahkan Ahok meminta si sulung untuk mengikuti program kerja sosial selama liburan semester, dengan harapan agar anak-anaknya memiliki kepedulian dan kepekaan terhadap sesamanya. Sungguh suatu hal yang patut dicontoh.
* MELATIH ANAK BERBUAT SESUATU BAGI BANGSA
Mungkin tidak banyak yang mengetahui kiprah anak perempuan Ahok dalam memberikan sumbangsih terhadap bangsa ini. Nathania yang masih muda itu mendirikan organisasi nirlaba yang berfokus pada pengadaan air bersih di lingkungan-lingkungan terpencil.
Simak sebagian penuturannya seperti yang ditulis oleh portal online www.infoteratas.com di bawah ini :
"Nama saya Nathania Berniece Zhong, orang-orang memanggilku Nata. Saya lahir di Jakarta dan memori yang paling kuingat dari masa kecil adalah saat aku menghabiskannya di Belitung.
Aku memilih proyek air ini bersama Chris dan Grace karena hal ini sesuai dengan isu yang banyak beredar di Indonesia, yaitu kemiskinan, polusi, dan pendidikan dan masih banyak lagi, dan air menjadi salah satu isu yang besar dari ketiga hal tersebut.
Kami memilih proyek ini karena proyek untuk kemiskinan, polusi, dan pendidikan sudah banyak di masyarakat.
Dan penyebab proyek-proyek itu sering tidak berjalan lancar tak lain karena masalah air bersih."
Organisasi nirlaba ini telah memulai proyeknya di berbagai daerah. Adapun daerah yang telah dieksekusi adalah daerah Teluk Naga dan Rancabungur, Bogor. Info selengkapnya dapat dilihat di website www.thespringwater.org.
Apa yang dilakukan Nia menjadi sebuah bukti, bahwa kepedulian itu menular lewat teladan dan ajaran dari orangtua. Sekali lagi, berapa banyak pejabat yang berhasil menanamkan semangat cinta tanah air kepada anak-anak mereka? Atau, berapa banyak anak pejabat yang telah mengeksekusi ide gemilang mereka untuk Indonesia dalam usia yang masih relatif muda?
* BIJAK DALAM MEMBERI RESPON
Rasanya banyak orang yang bisa melihat postingan anak pertama Ahok saat berkomentar tentang proses Pilkada, sidang, vonis, sampai pada hari penahanan Ahok. Sean berhasil menunjukkan kematangannya dalam merespon segala ucapan yang ada. Mulai dari dukungan, pujian, hingga hinaan-- semua direspon dengan tepat, bahkan bijak untuk anak muda seusianya.
Inilah bukti bahwa Ahok dan Veronica mampu mendidik anaknya mengembangkan otot "response-ability".
Benih-benih kebaikan sudah ditabur dalam diri anak-anak, dan semoga saja keluarga Ahok terus diberkati untuk memberkati pihak lain. Semoga kebajikan dan kemurahan akan mengikuti hidup keluarga ini. Saya menulis opini ini bukan karena menetapkan hati menjadi pemuja Ahok secara membabi-buta. Saya hanya mengagumi teladan "Walk the walk" yang sudah disaksikan oleh Ahok sekeluarga.
Seperti anak panah di tangan pahlawan, demikianlah anak-anak pada masa muda.
Keteladanan akan menuai buah manis, ketika anak-anak dalam sebuah keluarga bertumbuh dengan hikmat dan bijaksana.'
*Sebuah renungan singkat untuk memperingati Hari Keluarga, yang jatuh pada tanggal 29 Mei 2017.
Semarang, 28 Mei 2017.
-Jessica Valentina-
Komentar
Posting Komentar