MEMBANGUN EXRAORDINARY MARRIAGE LEWAT BUKU "MENARI DI ATAS AIR"
Judul Buku : Menari di Atas Air
Menata Bahagia di Sela Tumpukan Bata Kecewa
Penulis : Daniel Agus Setianto
Penerbit : Andi Offset
Tebal Halaman : 217 Halaman
Cetakan Pertama : April 2017
Menikah dan hidup berbahagia hingga maut memisahkan. Pasangan mana yang tidak memimpikan hal tersebut? Banyak pasangan yang berusaha merengkuh impian untuk mengarungi biduk rumah tangga yang berlabel sebagai "Extraordinary Marriage". Banyak asumsi yang mengatakan bahwa pernikahan luar biasa adalah rumah tangga yang adem-ayem dan putus hubungan dengan konflik. Dengan kata lain, nyaris tidak ada pertengkaran sama sekali. Namun, sudahkah asumsi tersebut terbukti kebenarannya?
Saat terjadi momen jatuh cinta, tidak dibutuhkan waktu lama untuk mengumpulkan daftar kekaguman kita kepada seseorang. Jatuh cinta hanya membutuhkan waktu singkat untuk memperteguh perasan hati, sedangkan bangun cinta membutuhkan masa bertahun-tahun bahkan seumur hidup.
Penulis menganalogikan proses membangun cinta dengan ilustrasi yang indah dan sangat masuk akal. Laksana seorang tukang bangunan yang mulai membuat sebuah rumah kokoh, kasih dalam rumah tangga harus dibangun dari tumpukan bata kekecewaan. Rasa sakit hati, kejengkelan, kemarahan,dan ketidakjujuran akan dilapis dengan semen kasih dari Tuhan.
Lapisan kasih dan pengertian akan membuat semua bata tersebut tidak terlihat dan tertutup, sehingga bangunan pernikahan menjadi tampak megah dan indah.
Setiap pernikahan pasti pernah terluka. Penyembuhan luka-luka dalam pernikahan merupakan pengalaman pribadi yang tidak mudah dibuka maupun diceritakan terhadap orang lain. Namun penulis telah berhasil menuliskan pengalaman secara jelas dan rinci, agar luka-luka dalam pernikahan dapat disembuhkan.
Dengan pengalaman bersama istri sebagai aktivis pelayanan retret yang dikemas untuk suami-istri, penulis berhasil menyuguhkan sebuah pesan yang sangat signifikan. Bahwasanya pernikahan akan bertahan jika pasutri menyadari bahwa SEGALA SESUATU YANG BAIK AKAN DATANG SETELAH YANG BURUK TERJADI.Pasangan akan mampu bertahan dan terus bersama di masa sulit, asal mereka dapat bergandeng tangan saat melaluinya.
Menikah adalah sekolah seumur hidup. Kapan kelulusan itu tiba? Jawabannya adalah saat maut datang memisahkan. Oleh sebab itu, pasutri harus memiliki keterampilan dalam mengelola seni perbedaan. Tidak bisa seseorang dengan seenaknya ingin drop out dari sekolah ini. Sebab pernikahan adalah sebuah perjanjian suci yang melibatkan manusia dengan Allah. Saat menyatukan kedua manusia, Tuhan telah menjaminkan berkat mengalir dalam hidup rumah tangga. Berkat-berkat tersebut dapat diraih, meskipun harus melewati ujian dan perjuangan yang tidak mudah.
Kesehatian dalam pernikahan akan menaikkan standart pernikahan menjadi sebuah relationship indah di atas garis. Kualitas pernikahan yang tinggi ini akan menjadi teladan hidup bagi anak-anak anugerah Tuhan. Mereka dapat merekam dan mencetak cara jitu untuk dijadikan pegangan bagi kehidupan rumah tangganya kelak.Pola asuh yang efektif akan tercipta berkat aneka contoh yang menginspirasi.
Dengan gaya tulisan yang penuh kasih dan sarat dengan sisi romantisme di beberapa bagian, pembaca tidak akan bosan menelusuri bab demi bab. Salah satu bab yang paling menarik untuk dibaca dalam perspektif presensi adalah tentang surat cinta penulis untuk sang istri di ulang tahun pernikahan perak. Gaya bahasanya indah dan menyadarkan setiap pembaca, bahwa cinta akan terus bertumbuh subur jika kita tetap mengkonfirmasi BETAPA BERUNTUNGNYA KITA saat menikah dengan pasangan hidup.
Buku ini sangat direkomendasikan bagi tiap pasutri maupun calon pengantin yang rindu memiliki pernikahan di atas garis. Pesan moral yang disampaikan begitu jelas, agar tiap suami-istri mampu untuk jatuh cinta berkali-kali dengan orang yang sama di sepanjang usia pernikahan mereka.
"Menari di Atas Air" dapat membantu pembaca untuk membuat hidup lebih berarti bagi pasangan, dan lebih produktif membangun keluarga yang kreatif dan sejahtera secara emosional.
Menata Bahagia di Sela Tumpukan Bata Kecewa
Penulis : Daniel Agus Setianto
Penerbit : Andi Offset
Tebal Halaman : 217 Halaman
Cetakan Pertama : April 2017
Menikah dan hidup berbahagia hingga maut memisahkan. Pasangan mana yang tidak memimpikan hal tersebut? Banyak pasangan yang berusaha merengkuh impian untuk mengarungi biduk rumah tangga yang berlabel sebagai "Extraordinary Marriage". Banyak asumsi yang mengatakan bahwa pernikahan luar biasa adalah rumah tangga yang adem-ayem dan putus hubungan dengan konflik. Dengan kata lain, nyaris tidak ada pertengkaran sama sekali. Namun, sudahkah asumsi tersebut terbukti kebenarannya?
Saat terjadi momen jatuh cinta, tidak dibutuhkan waktu lama untuk mengumpulkan daftar kekaguman kita kepada seseorang. Jatuh cinta hanya membutuhkan waktu singkat untuk memperteguh perasan hati, sedangkan bangun cinta membutuhkan masa bertahun-tahun bahkan seumur hidup.
Penulis menganalogikan proses membangun cinta dengan ilustrasi yang indah dan sangat masuk akal. Laksana seorang tukang bangunan yang mulai membuat sebuah rumah kokoh, kasih dalam rumah tangga harus dibangun dari tumpukan bata kekecewaan. Rasa sakit hati, kejengkelan, kemarahan,dan ketidakjujuran akan dilapis dengan semen kasih dari Tuhan.
Lapisan kasih dan pengertian akan membuat semua bata tersebut tidak terlihat dan tertutup, sehingga bangunan pernikahan menjadi tampak megah dan indah.
Setiap pernikahan pasti pernah terluka. Penyembuhan luka-luka dalam pernikahan merupakan pengalaman pribadi yang tidak mudah dibuka maupun diceritakan terhadap orang lain. Namun penulis telah berhasil menuliskan pengalaman secara jelas dan rinci, agar luka-luka dalam pernikahan dapat disembuhkan.
Dengan pengalaman bersama istri sebagai aktivis pelayanan retret yang dikemas untuk suami-istri, penulis berhasil menyuguhkan sebuah pesan yang sangat signifikan. Bahwasanya pernikahan akan bertahan jika pasutri menyadari bahwa SEGALA SESUATU YANG BAIK AKAN DATANG SETELAH YANG BURUK TERJADI.Pasangan akan mampu bertahan dan terus bersama di masa sulit, asal mereka dapat bergandeng tangan saat melaluinya.
Menikah adalah sekolah seumur hidup. Kapan kelulusan itu tiba? Jawabannya adalah saat maut datang memisahkan. Oleh sebab itu, pasutri harus memiliki keterampilan dalam mengelola seni perbedaan. Tidak bisa seseorang dengan seenaknya ingin drop out dari sekolah ini. Sebab pernikahan adalah sebuah perjanjian suci yang melibatkan manusia dengan Allah. Saat menyatukan kedua manusia, Tuhan telah menjaminkan berkat mengalir dalam hidup rumah tangga. Berkat-berkat tersebut dapat diraih, meskipun harus melewati ujian dan perjuangan yang tidak mudah.
Kesehatian dalam pernikahan akan menaikkan standart pernikahan menjadi sebuah relationship indah di atas garis. Kualitas pernikahan yang tinggi ini akan menjadi teladan hidup bagi anak-anak anugerah Tuhan. Mereka dapat merekam dan mencetak cara jitu untuk dijadikan pegangan bagi kehidupan rumah tangganya kelak.Pola asuh yang efektif akan tercipta berkat aneka contoh yang menginspirasi.
Dengan gaya tulisan yang penuh kasih dan sarat dengan sisi romantisme di beberapa bagian, pembaca tidak akan bosan menelusuri bab demi bab. Salah satu bab yang paling menarik untuk dibaca dalam perspektif presensi adalah tentang surat cinta penulis untuk sang istri di ulang tahun pernikahan perak. Gaya bahasanya indah dan menyadarkan setiap pembaca, bahwa cinta akan terus bertumbuh subur jika kita tetap mengkonfirmasi BETAPA BERUNTUNGNYA KITA saat menikah dengan pasangan hidup.
Buku ini sangat direkomendasikan bagi tiap pasutri maupun calon pengantin yang rindu memiliki pernikahan di atas garis. Pesan moral yang disampaikan begitu jelas, agar tiap suami-istri mampu untuk jatuh cinta berkali-kali dengan orang yang sama di sepanjang usia pernikahan mereka.
"Menari di Atas Air" dapat membantu pembaca untuk membuat hidup lebih berarti bagi pasangan, dan lebih produktif membangun keluarga yang kreatif dan sejahtera secara emosional.
Komentar
Posting Komentar