KUMBI SI KUMBANG TAHI MOGOK BEKERJA
KUMBI
SI KUMBANG TAHI MOGOK BEKERJA
Oleh :
Jessica Valentina
Kumbi
adalah seekor kumbang tahi yang sangat rajin melakukan tugas sehari – harinya.
Apa sih kerjaan si Kumbi? Jangan kaget, ya.. Kumbi selalu mengumpulkan kotoran
hewan setiap hari tanpa lelah. Semua kotoran hewan ia kumpulkan untuk diolah
kembali. Setiap nutrisi dari sisa kotoran hewan dikembalikan ke tanah, sehinga
tanah tempat Kumbi hidup begitu subur. Setiap tumbuhan yang ditanam disana akan tumbuh segar, dengan bunga, daun, serta buah
yang lebat.
Kumbi
selalu melakukan pekerjaannya tanpa bersungut – sungut. Kotoran yang ia
kumpulkan akan dimakan bersama seluruh keluarganya. Ia bisa menghabiskan
kotoran seberat delapan belas kilogram hanya dalam waktu dua jam saja!
Suatu
hari, Kumbi yang sedang mengumpulkan kotoran sapi mendapat kunjungan tak
terduga dari Moni, seekor monyet yang jahil dan suka mengejek.
“Hai,
Kumbi! Kamu sedang apa?”
“Seperti
yang kau lihat, Moni. Aku sedang bertugas mengumpulkan kotoran sapi dan gajah.
Banyak sekali yang harus aku kumpulkan.” Ujar Kumbi kalem namun tetap bekerja
dengan cepat.
Si
Moni mengedikkan kepalanya, menutup hidungnya sambil mengibas-ngibaskan
tangannya.
“Ih,
jijik dan bau... Kotor sekali ya pekerjaanmu ini. Hei, kudengar ini akan kamu
makan juga, ya?
Aku
tidak bisa bayangkan kau suka benda menjijikkan seperti ini!
Coba
kau lihat aku.. Makananku selalu baru dan segar. Rasanya enak dan manis.
Buah
pisang, kacang, kue. Semua nikmat, dan tidak kotor dan bau seperti makananmu!”
seru Moni sambil menjulurkan lidahnya, mulai mengejek Kumbi.
“Ya
ini memang makananku, dan ini memang tugasku. Aku tidak keberatan melakukan hal
ini. Yang penting aku tidak jijik dan mengeluh panjang lebar pada pekerjaanku.”
Balas Kumbi sambil mempercepat kerjanya. Ingin sekali ia menyudahi percakapan
ini.
Moni
semakin gencar menggoda Kumbi dengan bernyanyi,
“Lihat,
lihat, lihat si Kumbi.
Hobinya
memakan kotoran.
Jijik,
jorok, kotor sekali..
Janganlah
engkau dekat – dekat dia..”
Awalnya
Kumbi cuek saja. Namun lama – lama nyanyian si Moni makin keras, dan menarik
perhatian binatang lain untuk menonton Moni berdendang. Suki si sapi, Gino si
gajah, dan Jeki si kuda tertawa cekikikan mendengar Moni bernyanyi. Kumbi
memutuskan berhenti bekerja dan kembali ke rumah dengan hati kecewa.
Di
rumah, Kumbi merasa marah dan sedih. Bukan karena ia malu dengan pekerjaan
maupun makanannya. Ia hanya tidak suka diejek. Kumbi tidak pernah mengejek
binatang lain karena ia tahu mengejek adalah perbuatan yang tidak baik. Tidak
ada satu hewan pun yang menjadi bahagia ketika ia diejek dan direndahkan. Ia
terisak pelan, dan kemudian memutuskan libur beberapa hari ke rumah pamannya di
hutan sebelah—tidak jauh dari tempat tinggalnya.
Baru
dua hari Kumbi pergi ke rumah pamannya,lingkungan tempat tinggalnya menjadi
berbeda. Kotoran hewan menumpuk dimana- mana. Hutan pun mulai berbau tidak
sedap. Lama- kelamaan tumpukan kotoran makin tinggi dan lalat makin banyak
datang berkerumun. Lalat mulai hinggap pada tumpukan kotoran, dan hinggap pada buah pisang, kue, dan kacang
milik Moni. Makanan Moni menjadi kotor terkena kuman. Olala.... akhirnya Moni
sakit perut!
“Aduhh..aduh....Perutku
sakit sekali... “ rintih Moni sambil berguling – guling.
“Ya.
Tempat kami menjadi kotor karena Kumbi tidak memakan tumpukan kotoran yang ada.
Jika di dunia ini tidak ada kumbang
tahi, dunia kita akan terbenam dalam kotoran hewan dan manusia. Menjijikkan
sekali jika hal itu terjadi..” ujar Suki sambil menggelengkan kepala.
“Ternyata
Kumbi adalah pahlawan lingkungan, ya. Makanannya memang kotor, tapi ia membuat
lingkungan menjadi bersih, karena kotoran kita dipendam dan dimakan olehnya.
Tanah ini menjadi subur karena nutrisi dari kotoran dan sampah diuraikan dengan
baik oleh Kumbi.” Kata si Gino bijak.
Jeki
si kuda memekik gembira sambil menghentakkan kaki belakangnya, dan ia berkata,
“Hore...
Kumbi pulang dari berlibur. Ayo kita sambut Kumbi sekarang, kita minta maaf
sudah menertawakanya waktu itu!”
Kemudian
Gino, Jeki dan Suki tidak membuang waktu untuk meminta maaf pada Kumbi. Kumbi
hanya mengangguk sambil tersenyum, dan ia segera bekerja dengan giat. Moni
melihat Kumbi dari kejauhan. Ia tertunduk malu dan berpikir,
“Ah...Ternyata
ucapanku sudah membuat Kumbi mogok bekerja. Betapa jahatnya aku karena tidak
,menghargai hewan lain.
Aku sadar bahwa aku sudah membuat kesalahan. Aku akan
menemui Kumbi sore ini.” Tekad Moni.
Sore
harinya, Moni mendekati Kumbi. Kumbi hanya diam menatapnya, kemudian bekerja
kembali sambil memunggungi Moni.
“Kumbi...
Apa kabar? Aku minta maaf ya sudah mengejekmu . Saat kamu pergi, kotoran
menumpuk. Hutan menjadi bau, dan aku sadar bahwa engkau adalah pahlawan
lingkungan bagi kami. Engkau membuat kotoran hilang dan hutan menjadi bersih
kembali.
Aku
janji tidak akan mengejekmu lagi. Engkau kumbang yang luar biasa. Maukah engkau
memaafkanku?” tanya Moni tulus.
Kumbi
membalikkan badan, tersenyum pada Moni.
“Aku
sudah mendengar permintaan maafmu. Tentu saja aku menerimanya. Mari kita
belajar saling menghargai, saling menolong, dan tidak mengejek satu sama lain.
Setiap kita memiliki tugas yang mulia dari Tuhan. Sudah hampir senja, mari kita
pulang ke rumah masing – masing. Sampai bertemu besok.” Kata Kumbi riang.
Sejak
saat itu, Moni dan Kumbi bersahabat, dan Moni tidak pernah mengejek Kumbi lagi.
Moni tahu bahwa Kumbi adalah hewan yang sangat berguna menjaga lingkungan, dan
mereka menjadi kawan dekat.
Komentar
Posting Komentar